GERD Deteksi Dini di Apple Watch Terbaru

GERD Deteksi Dini di Apple Watch Terbaru

kholvad.com – Banyak orang beranggapan GERD atau penyakit asam lambung hanya dipicu makanan pedas atau pola makan tidak sehat. Faktanya, pemicu penyakit ini jauh lebih kompleks dan sering kali tidak disadari. Salah satunya adalah luka batin serta tekanan mental yang terus menumpuk.

Stres Emosional dan Luka Masa Lalu Berdampak pada Kesehatan Lambung

Menurut dr. Yuliana, CHt, seorang dokter dan hypnotherapist, beban emosi dapat memicu gejala GERD. Ia membagikan pengalaman pasiennya melalui akun Instagram @dr.yuliana.cht pada Rabu (25/6/2024). Pasien tersebut menderita GERD kronis meski hasil pemeriksaan medisnya normal.

“Dia sudah berobat ke mana-mana, endoskopi hasilnya normal, tapi lambung tetap terasa nggak enak. Setelah saya wawancara dan lakukan hipnosis, ternyata penyebabnya bukan fisik, tapi kelelahan emosional,” ungkap dr. Yuliana.

Secara fisik, pasien terlihat baik-baik saja. Namun, saat sesi terapi dilakukan, terungkap beban batin yang menumpuk sejak kecil. Pasien sering mendapat perlakuan kurang baik dan merasa tidak dihargai oleh orang-orang terdekat. Akibatnya, ia tumbuh dewasa dengan ambisi membuktikan diri tanpa sadar tubuh dan pikirannya mulai kelelahan.

“Dia terus mengejar sesuatu yang ‘lebih’, tanpa pernah memberi waktu untuk dirinya sendiri. Tidak ada ruang untuk me-time, tidak ada istirahat. Ini bukan cuma capek fisik, tapi batin yang lelah karena luka lama yang belum sembuh,” lanjutnya.

“baca juga: Kementerian Perindustrian Lebih Setuju Penggunaan SNI”

Pentingnya Me-Time dan Dukungan Keluarga dalam Proses Pemulihan GERD

Dr. Yuliana menegaskan bahwa kondisi ini bisa menimpa siapa saja, termasuk para profesional yang tampak sukses. Ia mengajak masyarakat, termasuk rekan sejawat, untuk lebih peduli pada kesehatan mental dan memberi ruang untuk refleksi diri.

Ia juga menyoroti pentingnya keseimbangan antara mengejar prestasi dan menjaga keharmonisan keluarga. Sering kali, orang tua kehilangan momen berharga bersama anak-anak karena terlalu fokus bekerja. Masa tumbuh kembang anak hanya terjadi sekali, dan tidak akan terulang.

“Lebih baik kita membangun anak-anak yang kuat daripada memperbaiki orang dewasa yang rusak. Itu jauh lebih sulit. Uang tidak akan banyak berarti kalau akhirnya kehilangan kehangatan dan koneksi dengan keluarga,” tegasnya.

Menutup kisah ini, dr. Yuliana mengajak masyarakat untuk tidak mengabaikan sinyal kelelahan batin. Menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik, termasuk lambung dan jantung. Refleksi, me-time, dan dukungan keluarga sangat membantu proses pemulihan dari GERD.

“baca juga: Kemendiktisaintek Diminta Tinjau Ulang Sumpah Rektor UPI”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *